Eksplor Desa Puraseda 1: Curug Cikoneng

Curug Cikoneng, mungkin kedengarannya kurang familiar buat traveler atau pejalan meski tinggal di Bogor. Tidak setenar teman-temannya di Sentul ataupun di Salak Endah. Kalau kita cari Google, sedikit sekali info mengenai curug ini, tertutup oleh Curug Cikoneng yang merupakan nama lain dari Curug Bidadari yang ada di Kampung Cikoneng, Sentul. Tapi jangan salah, Curug Cikoneng yang ada di Kampung Cikoneng, desa Puraseda, Kec. Leuwiliang, Bogor ini tidak kalah dengan curug-curug lainnya.

Berangkat sekitar jam 8 pagi, menggunakan motor, saya dan Revan menyusuri Jalan Baru-Yasmin sampai Dramaga. Dari Dramaga terus sampai Ciampea dan Leuwiliang. Di Leuwiliang nanti akan bertemu 3 pertigaan yaitu:
-  Pertigaan Cibatok: ini jalan menuju Salak Endah dimana disini banyak terdapat curug-curug seperti Curug Cigamea, Curug Ciparay, Curug Muara Herang, Curug Seribu, Curug Kondang, Curug Balong Endah, Curug Pangeran, Curug Goa Lumut dan Curug Ngumpet
-  Pertigaan Cemplang: ini jalan menuju Desa Ciasmara (bisa juga ke Salak Endah)
-  Pertigaan Karacak: kita melewati pertigaan ini, dari sini menuju Curug Cilontar, PLTA Karacak dan Curug Cikoneng.

Karena naik motor, macet sepanjang Dramaga bisa kami atasi hehehe. Melewati Dramaga sudah berkurang hingga pertigaan Karacak. Memasuki pertigaan ini, kondisi jalan lumayan bagus meski sempit tapi masih bisa dilewatin oleh mobil dua jalur. Di sini masih dilewati angkot 57-Simpang Karacak-Puraseda. Perjalanan terus hingga sampai ke Kantor Kepala Desa Puraseda. Di sini ramai sekali berkumpul warga karena kebetulan ada pemilihan Kepala Desa baru. Awalnya kami tidak tahu bahwa harus belok kanan sebelum kantor Kepala Desa, kami terus hingga menyusuri perbukitan. Sampai di puncak dengan pemandangan yang sangat bagus, kami mulai ragu karena di Google Map arahnya menjauh hahaha. Akhirnya pakai system lama, bertanya hehehe. Kami menanyakan jalan ke curug ke bapak-bapak yang sedang bekerja di ladang. Mereka menunjukkan arah yaitu masuk ke jalan di dekat kantor kepala desa.

Karena pemandangannya bagus, kamipun menghabiskan sedikit waktu untuk mengambil foto. Dari bukit terihat pedesaaan dengan latar depan persawahan dan belakang perbukitan.
Desa Puraseda
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan, memasuki jalan kecil dekat kantor kepala desa. Jalan yang kami ikutin lumayan kecil, cukup satu mobil tapi kalau ada papas an, salah satu harus mengalah. Dan kondisi aspalnya lumayan jelek, banyak lobang-lobang.

Dengan cuaca yang mendukung, langit yang berwarna biru meski sedikit berawan, terlihat pemandangan alam membentang di sepanjang perjalanan. Juga terlihat bukit di atas tempat ami tadi mengambil foto. Ternyata kami memutar menyusuri kaki bukit yang terlihat dari atas. Sungai mengalir ditengah-tengah persawahan, di beberapa tempat terdapat keramba-keramba tempat memelihara ikan. Benar-benar lukisan nyata seperti yang dilukis waktu masa kanak-kanak dulu hehehhe…. Tapi kami menunggu perjalanan pulang untuk mengabadikannya.

Akhirnya kami memasuki Kampung Cikoneng, tepatnya di sebuah pertigaan, ada papan petujuk jalan. Memasuki gang kecil yang hanya cukup dilalui satu motor (kalau ada yang papasan, salah satu harus mengalah). Melewati gang diantara rumah penduduk sekitar 200m, akhirnya….. voilaaaa terlihatlah Curug Cikoneng, tujuan kami.

Melewati sebuah jembatan gantung di atas sungai yang alirannya dari curug tersebut, di sebuah rumah, kami menitipkan motor. Rumah penitipan motor juga meyediakan saung untuk beristirahat dan juga warung yang menjual aneka makanan kecil/mie instant dan aneka minuman, juga disediakan toilet. Tidak ada tiket masuk ke curug ini alias gratis.

Setelah parkir, kami langsung menuju ke curug. Pengunjung saat itu belum terlalu ramai, kurang dari sepuluh orang. Curug nya ada 2 tingkatan, tingkat bawah tingginya sekitar 5-6 meter. Di bagian bawah tidak terlalu ramai, karena kolam/leuwi tidak terlalu dalam untuk berenang. Banyak pengunjung berkumpul di atas.
Curugnya ada 2 tingkat
Curugnya ada 2 tingkat
Curug tingkat bawah
Tebing antara 2 curug
Curug tingkat atas
Curug tingkat atas

Di bagian atas, curug ini terlihat cantik. Dengan air kolam yang berwarna kehijauan dan air yang dingin sejuk membuat pengunjung betah berenang disini. Curug bagian atas tidak setinggi bagian bawah. Terlihat ada yang meloncat dari tebing bertanda airnya cukup dalam. Beruntung hari itu cerah/tidak hujan sehingga airnya tidak coklat.

Karena lapar, kami istirahat di saung, pesan mie rebus telor dan teh manis. Setelah makan, saya tidur-tiduran dulu hehehe.

Revan tadinya mau sewa ban untuk sekedar foto-foto di curug bagian atas, karena semakin siang, semakin banyak pengunjungnya, jadi tidak bebas befoto. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan pulang. Setelah membayar parkir Rp. 5.000, kamipun melanjutkan perjalanan pulang.

Sebelum keluar dari Puraseda kami berhenti di beberapa titik untuk mengabadikan keindahan alam Puraseda. Terakhir di sebuah pintu air, kami memarkir motor di pinggir jalan dan kemudian turun ke bawah melewati pinggir bukit.

Melanjutkan perjalanan, di Karacak saya melihat ada plang bertuliskan ‘Kolam Benzikom’, di sebelah kanan. Kami memutuskan melihat ada apa di sana. Memasuki jalan yang mulai basah oleh hujan, kira-kira 200 meter, kami menemukan jembatan yang dilalui 2 pipa air PLTA Kracak yang berdiameter sekitar 2 meter. Di bawah terlihat aliran sungai Cikuluwung. Tinggi banget, jadi agak gamang kalau melihat ke bawah ditambah lagi jalannya hanya cukup untuk satu motor. Jadi melewati jalan ini harus bergantian. Oh iya, sungai ini adalah sungai yang yang melewati Curug Seribu, dan Curug Ciparay di Salak Endah.

Setelah melewati jembatan, kira-kira 100 meter kami menemukan Kolam Benzikom (kolam penampungan). Kolam ini adalah kolam penampungan air sebelum dialirkan ke PLTA Kracak. Sebuah PLTA bersejarah peninggalan Belanda tahun 1926. Kola mini berada di tengah hutan dan satu dua dilewati motor. Cuman sebentar berfoto-foto disini, karena suasana yang ngeri-ngeri sedap berasa ada aura yang gak enak ditambah hujan rintik-rintk kamipun melanjutkan perjalanan.


Melewati gerbang PLTA Karacak, saya minta Revan untuk mampir apakah bisa masuk atau tidak. Ternyata setelah ditanya ke petugas, harus ada ijin untuk masuk, pengurusan ijin di hari kerja Senen-Jumat, karena hari libur jadi kami tidak bisa masuk hehehhe. Akhirnya kami menuju Bukit Bubut (arahan dari petugas). Dinamakan Bukit Bubut karena atas bukitnya di bubut (dipangkas) untuk dijadikan kolam/danau penampungan air. Danau ini dikerjakan di jaman Belanda dengan kerja paksa (rodi).

Jalan menuju bukit ini tidak jauh dari gerbang PLTA, menyeberang mengikuti jalan dipinggir jalur pipa. Kira-kira 1 km, kami menemukan tangga ke atas bukit, dengan memarkir motor di bawah. Jumlah tangga sekitar 200. Di atas ada bangunan peninggalan Belanda yang ditutup buat umum. Nah di atas terdapat danau/kolam penampungan air sebelum dialirkan ke Turbin. Di ujung danau terdapat dua keluaran air yang terus bergolak. Nah itu adalah air yang berasal dari Sungai Cianten dan Sungai Cikuluwung yang dialirkan dari pipa yang berdiameter sekitar 2 meter tadi. Setelah puas mengambil foto, masih dalam suasana rintik-rinti, kami melanjutkan perjalanan pulang.

Menghindari macet di Dramaga kami mengambil jalan pintas melewati belakang IPB dan keluar di Cifor dan sampai di rumah sekitar jam 4-an sore.

Seru ya perjalanan kali ini………

Komentar

Posting Komentar

Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)