Syahdunya Air Terjun Randusari, Kebun Buah Mangunan dan Jurang Tembelan

Hari Minggu, 23 April 2017 adalah hari kedua di Jogja. Dan hari ini juga bertepatan dengan Jogja Marathon. Karena start nya pagi, jam 4-an si Revan sudah jalan ke Prambanan, dimana event ini berlangsung. Sambil nunggu pulang dari lari, jalan-jalan di Malioboro adalah pilihan yang tepan plus cari sarapan. Lagi-lagi sarapannya Lontong Sayur Padang hahahaha. Cuaca pagi hari itu keliatan mendung….
Sekitar jam 11, Revan kembali dari Prambanan karena kecape’an, Rvan istirahat dulu sampai jam 12-an. Hampir jam 1, kami baru jalan, di jalan kami mampir dulu ke Ayam Goreng Suharti. Kemudian perjalanan dilanjutkan dalam cuaca gerimis. Setelah mempertimbangkan waktu, kami memilih ke Air Tejun Randusari dan dilanjut sunset di Kebun Buah Mangunan/Jurang Tembelan.
Ke Air Terjun Randusari berbekal Google Map, kami menuju ke arah Dlingo, melewati jalan ke Imogiri kemudian lanjut ke Jalan Pleret-Patuk kemudian Patuk-Dlingo yang kondisi jalannya bagus. Setelah bertanya-tanya ke penduduk sekitar, kami masuk ke jalan desa sekitar 1km melewati hutan jati akhirnya kami sampai di parkiran Air Terjun Randusari, total lama perjalanan sekitar 1 jam.
Di parkiran kami disambut pemuda setempat yang mengarahkan untuk parkir motor. Biaya parkir sangat murah, hanya Rp. 1.000 dan karcis masuk air terjun Rp. 2.000/orang. Setelah parkir, kami menyusuri jalan setapak melewati perkebunan jati yang tumbuh diantara bebatuan, melewati ruamh warga yang menyapa ramah, tidak ada anak-anak atau orang tua yang mengemis seperti yang banyak kita temukan di daerah-daerah wisata (misalnya banyak kita temuin di Bogor… hehehehe).
Setelah jalan sekitar 10 menit akhirnya kami sampai di lokasi air terjun. Curug nya ada 2 dengan tinggi sekitar 10 meter-an. Seperti curug yang saya temui kemaren, bebatuan yang dilewati berwarna putih kecoklatan tipikal batu lempung. Cuman sayang karena habis hujan semalam, airnya hari ini agak kecoklatan (kalau search di Internet kelihatan airnya hijau tosca kalau tidak hujan).
Di kiri kanan di sediakan saung bagi pengunjung untuk beristirahat. Terlihat pengunjung siang ini sangat sepi, kurang dari 10 orang. Di sebelah kanan terlihat rombongan anak muda sedang hammocking.
Di saung terlihat Revan sedang tidur/istirahat karena kecape’an dan agak pusing habis lari. Karena gerimis semakin gede, saya pun akhirnya istirahat di saung. Setelah gerimis agak reda kamipun melanjutkan perjalan ke Kebun Buah MAngunan dan Jurang Tembelan yang berjarak sekitar 30 menit.
Terus menyusuri jalan Patuk-Dlingo kamu terus hingga sampai ke Hutan Pinus Nganjir melewati Pinus Becici, karena sudah sore kami tidak mampir di Hutan Pinus. Terus menuju Kebun Buah Mangunan kami pun sampai hampir jam 5 sore.
Di pertigaan Kebun Buah Mangunan, kita ke kanan, kalau ke kiri sekitar 10 menit adalah arah ke Jurang Tembelan. Sampai di gerbang Kebun Buah Mangunan, kita harus bayar karcis masuk yang gak terlalu mahala, hanya Rp. 6.000/orang sudah termasuk parkir.
Dari gerbang ke parkir lumayan jauh jadi akan bersa sekali kalau jalan kaki. Di kiri kanan terlihat papan petunjuk kebun buah, tapi saya gak liat ada pohon yang berbuah hahaha.
Setelah sampai parkir kami langsung menuju ke lokasi panorama/gardu pandang. Banyak sekali pengunjungnya. Dipinggir tebing-tebing dibangun tembok-tembok pembatas antara pengunjung dan tebing. Dari sini kita bisa melihat view Pegunungan Sewu dan Sungai Oyo yang hari itu kelihatan coklat.
Karena datangnya sore hari, tidak ada kabut atau awan di bawah seperti yang kita lihat di internet. Untuk melihat awan, seharusnya kami datang di pagi hari sambal menikmati sunrise. Oh iya ternyata di area ini ada penginapan yang disewakan. Juga gak usah kuatir untuk makanan dan minuman tersedia disni, di warung-warung yang ditata rapi.
Selanjutnya kami menuju Jurang Tembelan, rencana nya sih mau meikmati sunrise. Keluar dari Kebun Buah Mangunan, ternyata jalan keluarnya satu arah jadi kami harus memutar lagi hingga jalan masuk Jurang Tembelan. Di sini kita cukup bayar Rp. 5.000/orang
Meski mempunyai view yang hampir sama, Jurang Tembelan mempunyai keunikan tersendiri. Yaitu gardu pandang berupa kapal-kapaln yang terbuat dari bambu yang menjorok ke jurang. Jadi bagi kalian yang takut ketinggian, tidak dianjurkan berdiri di sini. Karena instagrammable banget, untuk berfoto di sini harus antri, dan seperti ada aturan tak tertulis, pengunjung berfoto 2-3 kali kemudian ganti ke pengunjung berikutnya. Oh ya berfoto di sini tidak dipungut bayaran. Cuman sayang sekali, sunset nya tidak kelihatan karena cuaca sangat mendung.

Sekitar jam 6 lewat kami kembali ke penginapan. Di tengah perjalanan kami diterjang hujan lebat, melewati hutan pinus yang gak ada lampunya berasa horror ditambah kabut yang menyelimuti pandangan. Berbekal Google Map akhrinya kami sampai di penginapan sekitar jam 8 malam. Jadi kalau kalian mau berkunjung ke sini pakai motor, kalau cuaca hujan usahakan pulang sebelum magrib.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)