Wisata Bangka Part III: Batu Belimbing, Mercusuar Tanjung Kalian dan Rumah Pengasingan Soekarno

15 April 2017, hari kedua liburan di Pulau Bangka.
Pagi-pagi sekali kami sudah bangun. Setelah Subuh, saya naik ke rooftop penginapan. Di sini kita bisa melihat sunrise, meski tidak tepat berada di depan tapi agak menyamping ke kiri. Sunrise meski tidak perfect tapi lumayan. Sayang homestay kami berada di pinggir rawa bukan laut/pantai sehingga kurang sempurna. Di belakang terlihat latar belakang perbukitan dan kota.
Setelah sarapan pagi kamipun berkemas untuk melanjutkan explore Bangka, kali ini tujuan kami adalah Batu Belimbing dan Mercusuar Tanjung Kalian. Tadinya mau berangkat jam 7 pagi tapi akhirnya molor sampai jam 7.30.

Perjalanan ke Batu Belimbing ini bener-bener drama dari awal. Melihat di peta, waktu tempuhnya sekita 2.5 jam, karena terletak di Bangka Barat sementara Sungailiat berada di Bangka Selatan.

Jalan propinsi yang kita lewati kondisinya sangat mulus dan sepi. Di kiri kanan di dominasi oleh perkebunan aret dan kelapa sawit serta perkampungan.

Awalnya cuaca cukup cerah, tapi didepan awan gelap mengelantung. Semakin menjauh dan mendekati area gelap, tiba-tiba hujan turun sangat lebat dan kemudian memasuki area yang tidak ada hujan lagi. Karena berada di pulau, cuaca memang agak suah diprediksi Karena pergerakan awan dan angin.

Bebekal Google Map yang ternyata rada-rada ngawur, kami sering berbalik arah kemudian balik lagi. Mendekati lokasi yang dituju, map mengarahkan kejalan yang sesat hahahaha. Bagaimana tidak, arahnya menuju semak belukar yang gak ada jalannya. Setelah 2x bolak-balik akhirnya kamipun tancap gas yang akhirnya masuk ke jalan itu lagi yang ditunjukkan oleh Map. Di suatu pertigaan (gak tau nama daerahnya, pokoknya sepi hahahaha) kami bertanya ke penduduk sekitar yang diarahkan ke jalan menuju perkebunan kelapa sawit.

Beberapa kilo memasuki jalan ini, di sebelah kiri terlihat bukit batu menjulang ditengah perkebunan kelapa sawit, tapi bingung gak ada jalan menuju ke lokasi. Kami balik lagi dan bertanya sama warga lokal yang sepertinya buruh kelapa sawit (cuman ada 1 rumah di sekitar sana hahahaha), ternyata ditunjukkan jalan masuk berupa jalan tanah yang biasa dilewati oleh truk-truk perkebunan hahahha.

Kembali ke lokasi, kami dihadang oleh hujan lebat. Di sebelah kiri terlihat jalan tanah memasuki area perkebunan…. Oalaaah cocok buat mobil-mobil offroad ini…. Kami terus memasuki area perkebunan berkendara menembus sela-sela pohon kelapa sawit. Mendekati batu kamipun berhenti tapi gak bisa keluar karena hujan, amipun menunggu hujan reda di dalam mobil. Selang beberapa lama hujan agak reda (maksudnya masih hujan tapi gak lebat), driver kami turun dengan payung yang di bawa Lia mencari jalan ke Batu Belimbing. Setelah menunggu beberapa menit, driver kembali bahwa mobil bisa mendekat ke lokasi. Kemudian driver mengarahkan mobil mendekati lokasi melewati jalan diantara pohon sawit, dan ternyata bener, di depan Batu Belimbing ada lahan yang cukup luas yang bisa dilewati mobil.

Menggunakan payung, saya dan Revan turun mend2kati Batu Belimbing semetara yang lain menunggu di mobil.
Dari jauh, Batu Belimbing kelihatan kecil, tapi semakin mendekati batu baru terlihat kemegahan bebatuan tersebut. Besar dan tinggi. Bukan hanya satu, banyak batu yang tersebar dengan ciri khas seperti penampakan buah belimbing. Bebatuan tersebut kasar dan berwarna hitam seperti batu terbakar. Umumnya bebatuan tersebut berdiri sendiri tapi ada juga yang ‘numpang’ di atas batu lain.. unik!!!
Sedang asik-asiknya mengexplore bebatuan tersebut, kami kedatangan 2 orang warga lokal yang menyapa. Dari mereka diketahui bahwa ada jalan menuju ke puncak (puncak batu terbesar), jalannya melewati bagian tengah/celah antar 2 batu besar. Kemudian saya dan Revan mencoba mencari jalan tersebut. Sampai di tempat yang ditunjuk ternyata jalan menuju ke atas kelihatannya sulit karena melewati celah sempit dan memanjat akar pohon besar. Karena cuaca kurang mendukung dan juga tidak ada guide, kami membatalkan rencana untuk naik ke puncak.
Hujan mulai reda, Betta dan Noey menyusul kami.  Kemudian kami naik ke batu bagian tengah yang cukup landai sekitar 45 derajat, harus extra hati-hati kalo tergelincir bisa mengelinding ke bawah. Dari batu tengah ini kita bisa mengambil foto view batu besar di belakang dan di depan. Setelah puas mengambil foto kamipun melanjutkan perjalanan.
Setelah diskusi, kamipun sepakat selanjutnya ke Mercusuar Tanjung Kalian. Nah, meski sama-sama berada di Bangka Barat, jarang dari Batu Belimbing ke Tanjung Kalian (Mentok/Muntok) ditempuh sekitar 2 jam perjalanan. Karena belum makan siang kami mampir di sebuah warung makan ayam kremes.

Setelah ishoma, kami melanjutkan perjalanan panjang ini. Memasuki kota Mentok (lidah lokal menyebutnya Muntok, dan kota ini lebih dikenal dengan sebutan Muntok), dan sebelum mencapai Mercusuar, kami melihat Rumah Pengasingan Soekarno, dan kami akan mampir disini setelah dari Mercusuar.

Seperti namanya, Tanjung, Tanjung Kalian adalah daratan yang menjorok kelaut. Mercusuar ini dibangun tahun 1862 yang berfungsi sebagai guide untuk kapal-kapal yang keluar masuk dermaga. Karena jaraknya yang dekat ke Sumatera Selatan, jadi kalau kita hendak ke Sumatera Selatan dan sebaliknya akan melewati pelabuhan ini.
Mercusuar ini tingginya 18 lantai (standar mercusuar), untuk naik ke atas kita cukup membayar Rp. 5.000. Nah berbeda dengan Mercusuar yang ada di Pulau Lengkuas-Belitung, Mercusuar ini terlihat lebih kokoh, dan tangga-tangganya pun juga dari cor-coran, jadi membuat pengunjung bisa santai dan tidak terlalu gamang. Beberapa lantai dibawah terasa lembab dan sepertinya tempat bersarang kelelawar sehingga tercium bau amoniak. Semakin ke atas akan semakin hangat sehingga tidak tercium lagi bau kelelawar.
Sampai di tangga tertinggi, kita melewati pintu untuk bisa keluar kea rah “selasar/teras” (gak tahu istilahnya apa hehehhe). Di sini kita bisa melihat panorama kota Mentok, laut dan dermaga juga reruntuhan kapal Perang Dunia ke-2.
 
Bukan hanya mercusuar, Tanjung ini juga sejarah kelam Perang Dunia ke-2. Di sini terdapat reruntuhan 2 kapal perang Australia yang di bom oleh Jepang, yang menewaskan puluhan seradadu dan paramedic. Untuk mengenang jasa pasukan sekutu selama perang Dunia ke-2 tersebut, dibangunlah Monumen Perang Dunia ke-2. Di monument  tertulis:

THIS MEMORIAL HONOURS THE HEROISM AND SACRIFICE OF MEMBER OF THE AUSTRALIAN OF ARMY NURSING SERVICE, WHO SERVED IN THE BANGKA AREA IN THE SEA AND WORLD WAR DURING THE YEARS 1942-1945. LOST AT SEA OFF BANGKA ISLAND WHEN SS VYNER BROOKE WAS BOMBED AND SUNK BY JAPANESE AIR CRAFT ON 14 FEBRUARY, 1942. SHOT AND KILLED ON RAJI BEACH BY JAPANESE SOLDIERS ON FEBRUARY, 1942.
OK… karena sudah semakin sore, sekitar jam 4 sore kamipun memutuskan kembali ke penginapan. Di tengah perjalanan kami mapir dulu ke Rumah Pengasingan Soekarno. Meski pagarnya terbuka sehingga pengunjung bisa masuk, tapi rumah/museumnya sudah tutup. Jadi kami hanya bisa berada di luar untuk mengambil foto di sekitar tugu dan rumah pengasingan.
Tidak terlalu lama kami di sini, kemudian kami melanjutkan jalan pulang dan sampai di penginapan sekitar jam 7 malam.

Biaya-biaya:

1. Batu Belimbing
    Parkir: gratis
    Tiket masuk: gratis
2. Mercusuar
    Parkir: gratis
    Tiket masuk: Rp. 5.000
3. Rumah Pengasingan Soekarno
    Parkir: gratis
   Tiket masuk: - (tidak masuk karena sudah tutup).

Link terkait:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)